Mata Kuliah Pengantar Ilmu Penerbitan
Rangkuman
Mata Kuliah
Pengantar
Ilmu Penerbitan

Disusun
oleh:
Rara
Aisyah Rusdian
17310059
Penerbitan
1A
Dosen
Pembimbing:
Jimmy
Paat, Drs., M.Si
Politeknik
Negeri Media Kreatif
Tahun
Ajaran 2017/2018
Kata Pengantar
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
RahmatNya, saya dapat menyelesaikan tugas akhir tentang rangkuman mata kuliah
Pengantar Ilmu Penerbitan semester 1 ini.
Industri
penerbitan bukan hanya sekedar industri yang berorientasi pada profil atau
keuntungan semata. Lebih dari itu, industri penerbitan mempunyai tanggung jawab
untuk ikut serta dalam tujuan bangsa Indonesia yang terdapat dalam pembukaan
UUD 1945 alinea keempat, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia tentu
dengan produk-produk terbitannya. Meskipun penerbitan mempunyai peranan yang
cukup vital bagi kemajuan bangsa dan
negara, namun industri penerbitan sendiri masih jarang diketahui masyarakat
Indonesia sendiri. Masyarakat lebih sering tahu produk-produk penerbitan
seperti buku pelajaran, novel maupun buku ilmu pengetahuan lainnya tanpa tahu
bagaimana semua produk itu dibuat.
Disusunnya
paper ini selain untuk memenuhi kewajiban akan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Penerbitan juga dapat sebagai wawasan tambahan mengenai industri penerbitan.
Semoga penulisan paper ini dapat membawa manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….……1
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….……1
Daftar
Isi……………………………………………………………………………………….….2
Pembahasan
Materi
BAB
I
A. Pengertian
Penerbitan……………………………………………………………….…4
B. Sejarah
Penerbitan……………………………………………………………………..4
C. Jenis
Penerbitan………………………………………………………………………..4
BAB
II
A. Ruang
Lingkup Penerbitan…………………………………………………………….7
B. Jenis
penerbitan………………………………………………………………………..7
C. Jenis
Terbitan…………………………………………………………………...……..8
D. Keunggulan
Media Informasi Cetak…………………………………………………..8
E. Keunggulan
Media Cetak……………………………………………………………...9
BAB
III
A. Penebit
Buku……………………………………………………………………..…..10
B. Fungsi
Penerbit……………………………………………………………………….10
C. Tugas
Penerbit………………………………………………………………………..10
D. Perbedaan
Penerbitan dengan Percetakan…………………………………………....10
E. Perbedaan
Penerbitan dengan Percetakan (dalam table)……………………………...11
F. Sumber
Naskah Penerbit……………………………………………………………..11
BAB
IV
A. Bentuk
dan Wujud Naskah…………………………………………………………...14
B. Kriteria
Kelayakan Naskah…………………………………………………………..14
C. Kriteria
Lain Kelayakan Naskah (7M)……………………………………………….14
D. Tiga
Pembagian Naskah……………………………………………………………...15
E. Penyuntingan
atau Editing……………………………………………………………15
BAB
V
A. Tugas
Editor di Penerbit…………………………………………………………...…16
B. Sistematika
/ Anatomi Buku………………………………………………………….16
C. Skema
Industri Penerbitan……………………………………………………………17
D. Proses
Awal Penggarapan Naskah…………………………………………………...18
E. Jenjang
Karir Editor……………………………………………………………….....18
Penutup………………………………………………………………………………21
BAB I
A. Pengertian Penerbitan
Penerbitan merupakan kegiatan intelektual
dan professional dalam menyiapkan naska, menyunting naskah, menghasilkan
berbagai jenis bahan publikasi kemudian memperbanyak serta menyebarluaskan
untuk kepentingan umum. Berbeda dengan penerbitan, penerbitan lebih mengacu
kepadaaktifitas manusiasebagai kordinator dalam menyebarluaskan hasil karya
dari pihak pengarang. Sebagai sebuah proses yang menyangkut kegiatan
intelektua, penerbitan memerlukan disiplin ilmu lain dalam proses produksinya
seperti Fotografi, teknik grafika dan desain grafis. Dengan kata lain
penerbitan atau penerbit mempunyai tugas untuk memcerdaskan bangsa.
B.
Sejarah
Penerbitan
Menelusuri dunia penerbita, kita
dihadapkan pada sejarah perdaban kebudayaan manusia yang pada kenyataanya
saling terkait. Buku memiliki peran yang besar dan tidak dapat dipisahkan pada
awal Refolusi Industri di Eropa. Refolusi dimulai dengan ditemukannya alat
cetak oleh Johannes Gutenberg tahun 1440. Hasil cetakan pertamanya adalah Alkitab.
Ribuan isis buku yang sebelumnya adalah naskah tulisan tangan kemudian disalin
dan diperbanyak dengan metode cetak untuk disebarluaskan. Pada tahun 1462
metode cetak mencetak menyebar diseluruh Eropa. Tahun 1500 terdapat lebih 1000
percetakan di Eropa, pada masa ini telah mencetak lebih 40.000 buku.
C.
Awal
Penerbitan di Indonesia
1.
Zaman Hindia Belanda
Pada tahun 1596 Cornelis de Houtman
memimpin para pedagang Belanda, menjadi awal perkembangan dunia cetak mencetak
di Indonesia, digunakan untuk penyebaran surat kabar bagi kepentingan
perdagangan dan pemerintahan. Tahun 1615, dari Batavia berita disalin dan
dikirim ke beberapa wilayah kepulauan Indonesia. kemudian tahun 1642, adanya
mesin cetak yang dibawa dari Belanda oleh misionaris gereja. Namun, kerangnya
tenaga ahli yang dapat menjalankan mesin menyebabkan kegiatan sangat kurang
berkaitan dengan percetakan. Tahun 1644, Ambon/KTI (Kawasan Timur Indonesia)
sudah teratur menerima berita. Selanjutnya, pada tahun 1659 Cornelis Pijl
memprakarsai percetakan dengan memproduksi Tij Boek. Buku tertua ini tidak
dapat ditemui lagi dimana pun, namun ada yang menyebutkan Tij Boek berupa
kalender atau semacam almanak. Tahun 1669 atas perintah Gubernur Jendral
dicetak Cathecismus Salinan S. Dankaeri. Sedangkan tahun 1684, buku tebal
pertama dicetak. Buku Bahasa Portugis ini berjudul Differenca da Christandante em que Claramente Semanifiesta, 197
halaman menguraikan tentang agama Kristen. Penulisnya Joan Ferreira A.
De’almeida, menetap di Batavia sejak 1663-1691. Oplag atau jumlah eksemplar maksimal
250 eks. Tahun 1670 sampai 1856 penerbitan samakin ramai, banyak buku yang
dicetak tipis-tipis, buku sajak, buku kamus Melayu-Belanda, dan banyak
terbitnya surat kabar di Batavia dan sekitarnya.
2.
Zaman Peranakan Tionghoa
Terbitnya sejumlah berita berkala
surat kabar dan mingguan berbahasa Melayu yang memuat iklan dll, sangat penting
bagi golongan Peranakan Tionghoa yang sebagian besar adalah pedagang.
Akibatnya, mereka berlomba untuk dapat berbahasa Melayu. Minat yang tinggi atas
kisah-kisah dari tanah leluhur, ditanggapi penerbit dengan menerjemahkan asli
Cina. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Kisah Tiga Negara. Dasawarsa
1880-an sedikitnya 40 karya terjemahan dari cerita-cerita asli Cina. Tahun 1903
sampai 1928 penerbit milik Tionghoa menerbitkan hampir 100an novel hasil karya
12 pengarang Peranakan Tionghoa, serta ada pula beberapa judul novel yang
mengalami cetak ulang.
3.
Zaman Balai Pustaka
Pada 14 Sepetember 1908 Belanda
membentuk Komisi Bacaan Rakyat yang merupakan cikal bakal (embrio) Balai
Pustaka. BP adalah penerbit buku pertama yang dilahirkan pemerintah Belanda.
Keberadaan komisi ini memberikan andil besar terhadap pengembangan buku dan
penerbitan. Awalnya komisi ini hanya menerbitkan bacaan-bacaan ringan, kemudian
muncul karya-karya terjemahan adaptasi novel-novel Bahasa Belanda, Inggris,
Prancis, Jerman, dan Arab. Tahun 1910 komisi mulai merekrut sejumlah ahli
Bahasa Jawad an Sunda untuk menerjemahkan berbagai karya asing itu kedalam 2
bahasa tersebut. Komisi dianggap sukses menjalankan tugasnya oleh pemerintah
Belanda sehingga perlu mengembangkan lembaga/komisi menjadi institusi
tersendiri dengan nama baru. Pada 22 September 1917 pemerintah Belanda
membentuk lembaga yang diberi nama Balai Poestaka sebagai penghormatan terhadap
D.A. Rinkes yang sukses mengelola Komisi Bacaan Rakyat. Tahun1921, Balai
Pustaka memiliki mesin cetak sendiri. Sementara pada tahun 1930 D.A. Rinkes
dinobatkan sebagai “Bapak Balai Pustaka”
4.
Kelahiran IKAPI
Rasa Nasionalisme, khususnya, ikut
serta mencerdaskan anak bangsa melalui penyediaan bahan bacaan yang merupakan
motif terpenting untuk membangkitkan segelintir wirausaha dibidang percetakan
dan penerbitan. Dalam wujud semacam inilah mereka menerapkan Idealisme.
Inisiatif mendirikan IKAPI dating dati Sutan Takder Alisyahbana, M. Jusuf
Ahmad, dan Ny. Notosoerdajo. Bagi para penerbit merapatkan barisan dalam sebuah
wadah merupakan sebuah pilihan yang jauh lebih bermanfaat karena mereka
memiliki masalah dan kepentingan yang sama. Pada 17 Mei 1950, IKAPI lahir
sebagai wadah penerbit Indonesia. Wadah ini berasaskan Pancasila,
kegotongroyongan dan kekeluargaan.
BAB II
A.
Ruang
Lingkup Penerbitan
Kegiatan
penerbitan secara eksternal merupakan komponen buku atau sejenisnya. Pengarang,
percetakan, toko buku dan perpustakaan menjadi rekan kerja penerbit. Dalam
industri buku, mereka menjadi kelompok yang menggerakan kegiatan industri buku.
Sedangkan secara internal penerbit/penerbitan terdiri dari bagian utama
seperti, editing, produksi, pemasaran, dan distribusi dan bagan administrasi
keuangan.
B.
Jenis
Penerbitan
secara
garis besar jenis penerbitan dapat dibagi menjadi:
1) Penerbit
Umum
Pada
dasarnya, penerbit adalah lembaga/orang/pihak yang menerbitkan produknya
langsung kepada masyarakat umum. Karakter terbitannya sangat beragam, baik
fiksi maupun nonfiksi. Penerbit umum adalah perusahaan yang khas berorientasi
kepada masyarakat umum. Salah satu contohnya adalah Novel
2) Penerbitan
Ilmiah
Penerbit
ini merupakan perantara dalam pemberian informasi, bersifat medium dan
benar-benar mewakili pembaca sebagai media antara penulis dan pembacanya.
Kebanyakan produk penerbitan ilmiah sangat mendalam dan spesialias/khusu
seperti buku-buku perguruan tinggi. Produk ilmiah kurang diminati pedagang buku
karena sifatnya spesifik.
3) Penerbit
Pendidikan
Mengkhususkan
produk terbitannya berorientasi pada pendidikan seperti buku-buku pelajaran,
namun bukan berarti terbatas pada buku pelajarannya saja. Tapi dapat segala
bentuk yang berorientasi pendidikan dan pengembangannya. Penerbit ini juga
dapat saja menerbitkan buku pendidikan tinggi yang sangat dekat kaitannya
dengan penerbit Ilmiah.
C.
Jenis
Terbitan
Perbedaan jenis penerbitan disebabkan oleh
jenis produknya maupum waktu berdarnya. Selain itu jenis terbitan dibedakan
menjadi Terbitan Berkala dan Terbitan Tidak Berkala.
1. Terbitan
Berkala (Periodik)
Jenis
terbitan ini memang direncanakan untuk terbit secara continue dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Terdapat juga 8
jenis waktu terbitan berkala yaitu, harian, mingguan, tengah bulam, bulanan,
dwi bulanan, triwulan, tengah tahun, dan tahunan.
Bentuk
terbitan berkala bervariasi selain majalah dan surat kabar yaitu seperti:
a.
News Letter/warta/news in brief
b.
Bulletin
c.
Jurnal
d. Annual
Report
Terbitan
berkala dalam setiap produknya, pada umumnya memuat banyak karangan yang
berbeda dan ditulis oleh beberapa orang sekaligus. Kadang juga menampilkan
berita/tulisan yang menarik perhatian pembaca, memberi informasi yang hangat
dan terkini. Karakteristik terbitan berkala yang terbit secara teratur,
misalnya majalah setiap bulan terbit, sedangkan surat kabar setiap hari.
Terbitan berkala memiliki sister control melalui pencantuman nomer (ISSN)
2. Terbitan
Tak Berkala
Terbitan
Tak Berkala merupakan penerbitan yang waktu tebitnya tidak dibatasi, atau waktu
terbitnya dibatasi seperti terbitan berkala. Beberapa jenis terbitan tidak
berkala adalah buku, brosur, company profile, dll. Buku adalah slaah satu
tebitan yang sering dijumpai dan menjadi salah satu media komunikasi tercetak.
Meskipun tidak dianggap memiliki kontinuitas dalam menerbitkannya, pada
kenyataannya buku dalam sebuah penerbit harus diterbitkan setiap waktu.
D. Keunggulan Media Informasi Cetak
1. Sifat
media yang dapat dibaca berulang-ulang kali dan disimpan.
2. Biaya
pengoperasian dan produksi relative lebih murah.
3. Materi
media dapat memperkaya wawasan pembaca.
E. Keunggualan Media Cetak
1.
Mudah untuk produksi cetak.
2.
Mudah untuk dibaca.
3.
Mudah dicari halamannya.
4.
Tahan lama.
5.
Mudah dibawa
6.
Mudah disimpan.
BAB III
A.
Penerbit
Buku
Penerbit
buku merupakan lembaga/institusi yang mengolah naskah mentah dari penulis/
pengarang hingga menjadi bahan siap cetak dalam bentuk dummy. Siapa pun dapat
membentuk badan penerbit termasuk perseorangan yang disebut self publisher, sepanjang mengikuti
etika dan UU yang berlaku, namun dalam konteks bisnis yang lebih luas apalagi
masuk area industri, penerbit tentu memerlukan badan hukum.
B.
Fungsi
Penerbit
1.
Melakukan pengadaan naskah dengan
menghubungi penulis/pengarang melalui promosi pengadaan naskah.
2.
Melakukan seleksi/penelitian naskah-naskah
yang layak terbit.
3.
Merencanakan waktu /jadwal penerbitan
naskah, termasuk menetapkan tenggat waktu (deadline) terbit sebuah naskah.
4.
Merencanakan pengembangan naskah meliputi
copy editing desain interior (perwajahan inti), dan eksterior (perwajahan
sampul).
5.
Menghubungi percetakan untuk produksi buku
secara massal.
6.
Mempromosikan dan memasarkan buku kepada
masyarakat pembaca.
C. Tugas Penerbit
1.
Mengadakan naskah
2.
Mencari pengarang
3.
Memperkirakan biaya produksi
4.
Membuat ramalan daya jual
5.
Menghubungi percetakan
6.
Menghubungi desainer
7.
Melakukan promosi dan distribusi
8.
Melakukan perjanjian penerbit
D.
Perbedaan
Penerbitan dengan Percetakan
Meskipun keduanya terkait namun ada
perbedaan yang medasar antara keduanya. Penerbit adalah industri yang
memerlukan gagasan, kreatifitas dan intelektualitas untuk dapat bertahan dari
masa ke masa. Modal utama industri penerbitan adalah gagasan dan kreativitas.
Berbeda dengan percetakan yang tugasnya menerima order cetak (Running by running) dari penerbit maupun
instansi lain. Percetakan menggunakan menggunakan mesin-mesin cetak sebagai
modal utamanya.
E.
Pebedaan
Penerbitan dengan Percetakan
Penerbitan
|
Percetakan
|
Investasi Minim
|
Investasi Besar
|
Running by program
|
Running by order
|
BEP dalam jangka pendek
|
BEP dalam jangka pendek
|
Resiko : Produk tidak
terjual
|
Resiko : Kesalahan Cetak
|
F.
Sumber
Naskah Penerbit
1.
Tokoh
Sumber naskah yang tidak akan pernah
habisnya, setiap zaman selalu melahirkan tokoh yang pantas untuk dibukukan.
2.
Komunitas
Sumber naskah sekaligus sumber pasar
bagi naskah tersebut. Contoh komunitas yaitu komunitas literasi, hobi, ilmuan,
pecinta alam, dunia maya (internet), dll.
3.
Agen Sastra (Literary agent)
Menjadi perantara guna pengadaan
naskah, terutama naskah luar negeri. Agen juga dapat berfungsi ibarat manager
penulis yang membantu penulis menyalurkan naskah ke penerbit. Agen sastra
berbentuk perusahaan dan disana terdapat fungsi editor. Agen sastra disebut
juga sebagai Bank Naskah.
4.
Jasa Penerbitan (Publishing Service)
Perusahaan ini dapat membantu
penerbit berburu naskah dan mengolah naskah hingga layak diterbitkan.
5.
Sekolah/Kampus
Gudang para intelektual yang
berpotensi menulis buku, baik itu siswa/mahasiswa maupun guru ataupun dosen.
Para editor pendamping (associate editor) harus rajin memonitor perkembangan
dunia akademik ini untuk mendapatkan bibit penulis potensial.
6.
Pusat Pelatihan (Training Center)
Sumber naskah yang diperoleh melalui
para trainer. Di Indonesia menjamur pusat-pusat pelatihan yang dapat mendorong
para penggiatnya menulis buku.
7.
Event
Seperti seminar, lokakarya, dan
training dapat dijadikan sumber naskah dengan membukukan topik-topik seminar
tersebut, dengan melibatkan para pembicara sebagai narasumber. Perbendaan Pusat
Pelatihan dengan Event adalah kalua Pusat Pelatihan tempatnya menetap,
sedangkan Event tempatnya berpindah-pindah. Kemudian Pusat Pelatihan waktunya
regular/sudah ditentukan, sedangkan Event waktunya tidah ditentukan. Dan tidah
menentu.
8.
Penulis Lepas
Penulis yang secara bebas menungkan
ide-ide atau gagasan tanpa harus terikat pada penerbit tertentu.
9.
Penerjemah Mandiri
Naskah kemungkinan didapat dari
penerjemah mandiri yang banyak juga berusaha melakukan terjemahan dari bahasa
asing. Potensi ini banyak diminati kalangan muda Indonesia.
10. Lembaga
Penelitian
Suatu lembaga penyelenggaraan
penelitian dari berbagai disiplin ilmu. Karya-karya ilmiah berupa laporan
ilmiah atau makalah hasil penelitian. Dihimpun menjadi jurnal, bulletin,
majalah, dll. Contoh lembaga penelitian, yaitu lembaga penelitian Indonesia (
LIPI), ataupun unit penelitian yang berada pada suatu perguruan tinggi.
11. Pelelangan
Naskah
Perolehan naskah ini diterapkan
penerbit-penerbit di Amerika untuk memperoleh uang muka dan hak penjualan
berbagai naskah. Jika banyak yang menginginkan naskah tertentu, maka kontrak
jatuh pada penerbit yang mengajukan usul atau penawaran yang tinggi dan
menarik. Hal ini dilihat dari nilai ekonomi atau nominalnya. Namun, tingginya
nilai uang turut menentukan hasil pelelangan. Akibatnya penerbit yang tertarik
pada hak atau naskah tersebut bersaing satu sama lain, tetapi hak alih Bahasa
kadang-kadang kurang diperhatikan.
12. Pembelian
Hak di Luar Negeri
Pembelian alih Bahasa dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu langsung antara penerbit dengan penulis dan langsung
antara penerbit dalam negeri dan penerbit luar negeri. Bagi penerbit
universitas, pembelian hak eksploitasi tergantung pada isi perjanjian penerbit
antara penulis dengan penerbit dalam mengadakan kontrak alih bahasa. Tanggung
jawab legal dan formalnya terletak pada salah satu atau keduanya.
BAB IV
A. Bentuk atau Wujud Naskah
1.
Teks
2.
Foto
3.
Gabungan/ Kombinasi Teks+Foto
4.
Tabel
5.
Grafik
6.
Lustrasi lainnya
B. Kriteria Kelayakan Naskah
1.
Naskah sesuai dengan visi dan misi
penerbit.
2.
Naskah tidak mengandung unsur SARA (suku,
agama, ras, antargolongan) pornografi, dan tidak bertentangan dengan norma
masyarakat maupun agama.
3.
Naskah merupakan karya asli, bukan hasil
plagiat atau jiplakan dari naskah lain.
4.
Naskah dari jenis yang diinginkan oleh
penerbit.
5.
Naskah sesuai dengan kebutuhan penerbit
dan penerbit memiliki budget untuk menerbitkannya
C. Kriteria Lain Kelayakan Naskah
(Konsep Pertimbangan/7M)
1.
Manfaat
Kepentingan/ benefit bagi pembaca
maupun penerbit.
2.
Mudah
Dalam hal penggarapannya.
3.
Mutakhir
Dalam hal tren/ fakta baru, biasa
disebut Aktual.
4.
Mampu
Dalam hal pembiayaan.
5.
Marketable
Mengetahui kondidi pasar.
6.
Minat
Sesuai visi dan misi penerbit.
7.
Menarik
Unik dan digarap dengan baik.
D. Tiga Pembagian Besar Naskah
1.
Fiksi
Naskah yang berbasiskan
khayala/imajinasi. Seperti, fiksi sains. Fiksi horror, fiksi komedi yang sering
diidentikan dengan karya sastra yaitu puisi, cerpen, dan drama.pencipta fiksi
disebut Pengarang (Author).
2.
Nonfiksi
Naskah ini berbasis data/fakta.
Seperti, karya ilmiah popular, reportase, ataupun panduan atau petunjuk
melakukan sesuatu. Pencipta nonfiksi kerap disebut penulis (Writer) atau bisa
juga Penyusun/Tim Penyusun.
3.
Faksi
Naskah nonfiksi yang disajikan mirip
fiksi/ dikisahkan. Faksi merupan kisah berdasarkan data dan fakta sehingga
tidak merupakan khayalan/ imajinasi. Seperti, biografi, auto biografi,
kisah-kisah para nabi yang diambil dari kitab suci serta true story termasuk
faksi.
E. Penyuntingan Atau Editing
Penyuntingan terbagi menjadi:
1.
Penyuntingan Mekanikal/ Bahasa
Yakni hanya menyunting kekeliruan
kata/ kalalaian memberikan tanda baca.
2.
Penyuntingan Subtansial
Menyunting isi naskah yang dilakukan
editor ahli bidangnya.
3.
Editing Gambar/ Pictorial Editing
Menyunting untuk gambar, foto,
ilustrasi ataupun table.
4.
Baca Pruf/ Proofreading
Kegiatan baca seluruhnya untuk
menemukan kalimat/ kata yang tidak cocok. Proofreading kerap disebut dengan
membaca cepat. Proofreading dilakukan secara berkali-kali dalam melakukan
penyuntingan.
BAB V
A.
Tugas
Editor di Penerbit
Editor bertugas menilai naskah, baik
dari segi isi informasi/ substansinya, Bahasa, dan editor juga harus
menyimpulkan apakah naskah tersebut layak untuk diterbitkan. Apabila naskah
layak untuk diterbitkan, maka editor masih perlu mengadakan perbaikan/
penyempurnaan pada isi dan bahasanya, agar dapat dipahami dan dapat mencapai
sasaran. Jika seluruh pengolahan terhadap naskah tersebut dapat diselesaikan,
maka naskah itu telah siap diproduksi lanjut pada industri grafika/ percetakan.
B.
Sistematika/
Anatomi Buku
1.
Pra isi
·
Halaman kulit depan
·
Halaman prancis
·
Halaman pelanggaran hak cipta
·
Halaman persembahan (Dedikasi)
·
Halaman moto
·
Daftar isi
·
Daftar table, singkatan/ akronim, lambing,
gambar
·
Prakata/ kata sambutan/ sekapur sirih
·
Kata pengantar
2.
Isi
·
Pendahuluan
·
Bab-bab
·
Catatan kaki/ catatan
·
Daftar kata asing/ daftar istilah
3.
Pasca isi
·
Daftar pustaka
·
Lampiran
·
Indeks
·
Biografi singkat
·
Halaman kulit belakang
C.
Skema
Industri Penerbitan
![]() |
|||
![]() |
|||



![]() |
|||
![]() |
|||
Percetakan
|
||
Pra cetak
|
Cetak
|
Pasca cetak
|

![]() |
|||
![]() |
|||
Penjelasan
: Naskah berasal dari pengarang yang selanjutnya diproses di bagian editorial.
Naskah yang masuk dipilih mana yang layak untuk diterbitkan, kemudian naskah
yang sudah terpilih dilakukan editing oleh editor. Setelah selesai pada bagian
editorial, naskah diproduksi untuk dibuat dummy yang akan dilanjutkan
kepercetakan untuk dicetak. Di percetakan dibagi menjadi tiga proses yaitu pracetak, cetak dan pasca cetak. Hasil
cetakan yang jadi yaitu buku kembali lagi ke penerbit bagian pemasaran.
Kemudian dari bagian pemasaran, hasil terbitan itu (buku) didistribusikan ke
toko buku, langganan, kelompok bacaan, ampai ke pembaca yaitu masyarakat.
D.
Proses
Awal Penggarapan Naskah


![]() |
||
![]() |
Kembali
dengan surat keterangan
Dan
naskah kembali
Penjelasan :
Penulis menciptakan naskah, naskah tersebut masuk ke penerbit bagian editor
kemudian naskah yang masuk dilakukan rapat redaki, dari rapat direksi tersebut
kalau naskahnya bagus/ terpilih layak untuk diterbitkan hasilnya adalah “Ya”,
naskah tersebut diproses lanjut dan kembali ke editor untuk dilakukan editing,
sedangkan kalau jawabannya “Tidak” naskah dikembalikan kepada penulis beserta
surat keterangan kalau naskahnya tidak dapat diterbitkan.
E.
Jenjang
Karir Editor
1. Copyeditor
Jenjang karier terendah dari profesi editor secara keseluruhan. Copyeditor hanya memiliki tanggung jawab teknis untuk memeriksa dan mengoreksi naskah mentah hingga pruf siap cetak. Tugas pengeditan pun sebatas mengoreksi kekeliruan pengetikan, bahasa, tipografi, visualisasi, fakta, dan data.
Jenjang karier terendah dari profesi editor secara keseluruhan. Copyeditor hanya memiliki tanggung jawab teknis untuk memeriksa dan mengoreksi naskah mentah hingga pruf siap cetak. Tugas pengeditan pun sebatas mengoreksi kekeliruan pengetikan, bahasa, tipografi, visualisasi, fakta, dan data.
2. Editor
Dianggap karier selanjutnya copyeditor setelah sang copyeditor bekerja paling tidak selama dua hingga tiga tahun. Edior diberi kewenangan lebih luas daripada copyeditor, misalnya menggubah naskah atau menilai kelayakan naskah. Editor secara spesifik tugasnya dapat dibagi menjadi dua yaitu
Dianggap karier selanjutnya copyeditor setelah sang copyeditor bekerja paling tidak selama dua hingga tiga tahun. Edior diberi kewenangan lebih luas daripada copyeditor, misalnya menggubah naskah atau menilai kelayakan naskah. Editor secara spesifik tugasnya dapat dibagi menjadi dua yaitu
a.
Associate
Editor (editor pendamping) yang bertugas khusus mencari naskah dan bekerja sama secara teknis dengan penulis.
b. Pictorial
Editing (editor
gambar) yang bertugas khusus mengedit visualisasi naskah.
c.
Right Editor (editor pengurus hak cipta) bertugas mengurus legalitas
naskah atau kontrak penerbitan.
3. Senior editor
Merupakan
editor yang memiliki jam terbang editing lebih dari tiga tahun dan benar-benat
memiliki wawasan penerbit yang memadai. Pangkatnya setara dengan penyelia (supervisor) atau kepala bagian. Ia
memiliki tanggung jawab strategis dalam menilai kelayakan naskah terbit serta
mengorganisasikan program penerbitan. Secara spesifik, tugas senior editor bisa
dibagi atas acquisition editor (editor
akusisi) yang merancang strategi penggadaan naskah serta development editor (editor pengembang) yang merancang strategi
pengembangan naskah dari sisi copyediting maupun desain.
4. Managing Editor
Merupakan editor dengan jam terbang lebih dari
lima tahun dalam bidang editing. Pangkatnya setara dengan asisten manajer atau
manajer. Karena itu, tugasnya lebih strategis dalam pengelolaan manajemen
penerbitan, termasuk pengembanganya. Ia lebih cenderung tidak terlibat lagi
dalam urusan teknis editing naskah tetapi sekali-sekali ia dapat menilai hasil
kerja para editor dengan kemampuan editing cepat.
5. Chief editor
Merupakan
editor dengan jenjang tertinggi setara dengan manajer ataupun general manager. Chief editor bekerja
dalam perspektif sebagai pemimpin sekaligus pengelola dapatermen atau divisi
editorial. Ia merupakan seseorang yang visioner dalam hal penerbitan buku
sehingga masukannya merupakan informasi penting bagi penerbit secara
keseluruhan.
Penutup
Kesimpulan
Industri penerbitan adalah industri
gagasan yang memerlukan banyak sekali waktu dan orang. Industri penerbitan
berbeda dengan industri percetakan meskipun keduanya saling terkait dan tidak
terpisahkan. Industri penerbitan selain tujuannya mencari keuntungan
sebanyak-banyaknya, juga mempunyai tujuan yang mulia yakni menyebarkanluaskan
pengetahuan. Penerbit pada dasarnya sebagai kordinator dari industri penerbitan
seperti berkordinasi dengan penulis, editor, layouter, pihak percetakan sampai
pihak distributor. Penerbit yang bertanggung jawab atas naskah yang disetujui
sampai kemudian bisa dicetak dan dijual.
Saran
Industri penerbitan hendaknya tidak
dipandang dari segi profit saja yang menggiurkan, namun harus dilihat pula dari
segi tanggung jawab moral mencerdaskan bangsa. Melalui buku-buku berkualitas
yang dihasilkan penerbit akan membawa bangsa ini kepada kemajuan. Kegiatan membaca harus terus menerus digalakkan
karena tingkat baca masyarakat yang tinggi menjadi faktor kemajuan industri
penerbitan. Industri penerbitan juga harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Terbuka dengan hal-hal baru, dan terus menerus “melahirkan”
inovasi-inovasi agar terus bertahan dari masa ke masa. Selain kegiatan membaca,
kegiatan literasi juga harus di dorong agar dunia penerbit terus mendapatkan
ide-ide segar dari para penulis muda. Kaum akademisi di tingkat perguruan
tinggi harusnya bisa menjadi pelopor literasi.
Komentar
Posting Komentar