Berubahnya Lingkungan Rumahku

Sejak kecil sampai dengan sekarang saya tinggal di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Tepat nya di Jalan Jagakarsa 2 no. 68 Rt.03/007 Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dahulu, ketika saya masih duduk di Sekolah Dasar, lingkungan rumah saya masih sepi dan asri. Pohon Mangga, Rambutan, Kelengkeng sampai Pohon Jengkol pun bisa dengan mudah ditemukan disini. Udaranya masih bagus dan penduduknya pun sangat ramah. Karena rumah saya terletak didalam gang, maka hubungan dengan tetangga pun sangat rukun dan hamonis.
Biasanya ketika kecil saya senang menghabiskan waktu sore dengan bermain dengan teman-teman saya diluar rumah. Bermain Petak Umpet, Ular Naga, Bola, Bulu Tangkis, sampai Bermain Layang-Layang pernah saya mainkan bersama teman-teman di lingkungan rumahku. Moment-moment Ramadhan sampai menjelang Lebaran Idul Fitri pun menjadi moment kesukaan saya dan teman-teman. Ketika ingin Sholat Terawih pun saya dan teman-teman biasa samper-samperan dari rumah kerumah agar kami bisa solat beramai-ramai, dan tentunya agar kami bisa bermain juga di Musholah. 
Moment ketika sehari sebelum hari Raya Idul Fitri pun juga menjadi moment tak terlupakan bagi saya. Dihari itu ibu saya sibuk mempersiapkan makanan untuk hari Raya esok, sedangkan kami yang anak-anak ikut membantu ibu mengupas bawang, dan memetik cabai untuk memasak atau sekedar membantu pekerjaan rumah ringan lainnya. Setelah segala persiapan selesai, saya dan teman-teman lainnya pasti disuruh para ibu untuk saling mengantarkan makanan ke tetangga. Begitu pun sebaliknya, para tetangga juga mengantarkan makanan ke rumah saya, sambil memberi uang angpau hari Raya. Walau jumlahnya tidak banyak, namun kami sebagai anak-anak kala itu sangat senang sekali.
Karena dilingkungan rumah saya saat itu masih sepi penduduk, jadi kami sesama tetangga saling menjaga satu sama lain, rukun dan juga harmonis, sudah seperti keluarga sendiri. Namun berbeda halnya dengan sekarang, lingkungan rumahku sudah berubah hampir 180 derajat. Lahan-lahan kosong antara satu rumah dengan rumah lainnya kini sudah tergantikan oleh bangunan-bangunan baru, mulai dari warung-warung, petak-petak kontrakan, sampai dengan perumahan-perumahan minimalis dengan luas tanah seadanya.
Pohon-pohon rindang tempat biasanya dipakai penduduk untuk bersantai di bale-bale, kini tergantikan dengan bangunan-bangunan baru. Panas terik kini yang saya rasakan, karena sudah tidak adanya pohon-pohon rindang yang rindang. Udara sejuk yang dahulu kurasakan ketika kecil pun kini tergantikan oleh debu-debu polusi kendaraan motor yang berlalu lalang di sepanjang gang lingkungan rumahku.
Banyaknya bangunan baru yang dibangun dilingkungan rumah saya mengundang banyak penduduk-penduduk baru dari berbagai daerah berdatangan. Akibatnya penduduk dilingkungan saya ‘membludak’, membuat lingkungan tidak berarturan dari segi tata lingkungan yang berantakan, sampah  yang bertebaran dimana-mana membuat lingkungan kumuh dan banyak penyakit.
Bahkan saya mempunyai pengalaman yang menarik tentang hal ini. Yaitu ketika saya memiliki tetangga yang baru pindah di dapan rumah saya. seorang wanita paruh baya dengan satu anak perempuan dan ia hanya tinggal bertiga saja sengan ibu nya di rumah yang lumayanbesar itu. Sebut saja namanya ‘Mpok Bondol’, karena rambutnya memang bergaya bondol. Awalnya saya dan keluarga saya baik-baik saja menyambut kedatangan tetangga baru saya ini. Namun beberapa hari kemudian ia mengetok rumah saya dan menanyakan keberadaan ibu saya. Kemudian ibu saya datang dan menjamunya diruang tamu. Setengah jam kemudian ia pulang dengan wajah yang tersenyum cerah.
Kemudian karena saya sangat penasaran dengan apa yang terjadi di ruang tamu, saya pun bertanya kepada ibu saya. Ibu saya mengatakan bahwa Mpok Bondol barusan meminjam uang senilai lima ratus ribu rupiah dengan wajah yang sangat memelas. Saya pun hanya bisa merespon hal ini dengan raut wajah yang terheran-heran karena lucu saja bagi saya, karena untuk ukuran orang baru kenal sudah berani meminjam uang sebanyak itu menurut saya. dan ibu saya mengatakan bahwa ia akan mengganti uang tersebut minggu depan.
Lalu ketika esok harinya ibu saya bercerita kepada saya bahwa ia bertemu dengan Mpok Bondol di tukang sayur belakang rumah. Ia mengatakan bahwa Mpok Bondol seperti menghindarinya. Lucu sekali! Ibu saya terbahak-bahak menceritakan hal ini kepada saya. Saya hanya bisa tertawa heran menilai sikap Mpok Bondol itu. Seminggu kemudian ketika waktu yang dijanjikan Mpok Bondol untuk mengganti uang, ibu saya iseng-iseng mengungkit hal tersebut ke Mpok Bondol ketika lewat di depan rumahnya. Namun yang mengagetkan adalah reaksinya yang diluar dugaan, yaitu ia malah marah-marah balik ke ibu saya dan mengatakan bahwa ibu saya tidak sabaran. Padahal ibu saya sangat sopan sekali meneggurnya, dan ia malah marah-marah. Tetangga yang aneh kata saya.
Selain itu akibat dari banyaknya penduduk juga membuat tindak kriminal meningkat pesat dan terjadi dimana-mana. Mulai dari perampokan rumah, penjambretan di pinggir jalan yang sepi dan gelap, sampai dengan hilangnya sepeda motor dengan misterius. Saya sendiri pun punya pengalaman tidak menyenangkan tetntang hal ini.
Waktu itu saya sedang bermain sepeda dengan teman-teman saya. Dan kebetulan sepeda saya itu adalah sepeda baru dua hari yang lalu dibelikan oleh ayah saya sebagai kado ulang tahun Sepeda lipat putih model terbaru saat itu. Saya bermain sepeda dengan teman-teman mengelilingi komplek rumah kami. Setelah lelah bermain saya pun memutuskan untuk pulang kerumah. Karena sangat haus sekali saya pun asal saja menaruh sepeda itu diluar pagar rumah. Saya yang lengah akan keadaan sekitar lalai tidak mamasukannya kedalam rumah. Akibatnya nasib apes menghampiri saya.
Sepeda itu hilang, entah siapa yang mengambil. Padahal tidak sampai lima menit saya tinggal, tapi sepeda itu sudah raib diambil orang. Saya yang panik langsung memanggil ibu saya. Namun ibu saya justru malah  memarahi saya karena tidak berhati-hati dan sangat teledor. Saya sendiri pun juga sangat menyesal karena tidak berhati-hati.
Karena tidak adanya cctv dilingkungan rumah saya, akibatnya saya tidak bisa mengetahui siapa yang telah mengambil sepeda saya itu. Ibu saya langsung bertanya ke tetangga kanan kiri apakah ada yang melihat sepeda saya itu. Namun sayang sekali tidak ada satupun tetangga saya yang melihat kejadian tersebut. Setelah diobrolin dengan tetangga sekitar, ternyata kehilangan barang seperti saya ini bukan lah menjadi yang pertama, tapi sudah yang ketiga kalinya. Bahkan tetangga saya yang lain pun kehilangannya jauh lebih besar dibanding yang saya alami, yaitu motor matic dan motor Ninja keluaran baru.
Banyak sekali masalah yang ditimbulkan oleh padatnya penduduk dilingkungan rumah saya. sampai-sampai saya tidak mampu menuliskan semua kejadiannya. Banyak nya pendudukpun juga sangat berpengaruh pada tingkat kemacetan di jalan sekitar lingkungan rumah saya.  dan alhamdulillahnya saya sekarang sudah pindah rumah dari Gang itu, walaupun saya hanya pindah rumah beda RW saja, namun setidaknya lingkungan yang sekarang tidak sekumuh didalam gang itu karena rumah saya yang sekarang terletak dipinggir jalan raya.

Komentar

Postingan Populer