Warung Pak De


Malam itu, selepas acara Olimpiade Polimedia kira-kira sekitar pukul sebelas malam, aku dan teman-teman sesama panitia langsung bergegas merapihkan kembali lapangan Balukuana dari sisa-sisa properti pertandinag Volly. Karena sudah larut malam aku pun dengan cekatan mengembalikan bangku-bangku kantin yang tadi dipinjam untuk tempat duduk penonton. Karena kurasa terlalu berat untuk mengangkatnya bangku tersebut seorang diri jadi kuputuskan untuk meminta bantuan teman ku. Aku pun menoleh kekanan dan kekiri mencari temanku yang sedang tidak sibuk. Lalu aku melihat temanku sedang duduk dipojok lapangan seperti sedang mengorek-ngorek tanah.
“Vanya! Lagi ngapain disitu? Mending bantuin gue yuk balikin ni bangku ke kantin..”. kata ku sedikit teriak. Namun Vanya hanya menatapku diam, dan ditidak menjawab pertanyaanku barusan. Lalu dia pun berjalan kearahku dan langsung membantuku mengangkat bangku kantin tersebut, lagi-lagi dengan diam tanpa bersuara sedikit pun. Padahal yang ku tahu Vanya ini adalah anak yang yang tergolong ceria dalam keadaan apapun dan dimana pun.
Ketika aku dan Vanya mulai memasuki lorong menuju kantin, tiba-tiba saja tercium aroma bunga melati yang sangat menyengat. Ditambah lagi suasana kantin yang sudah benar-benar sepi jam segini membuat bulukudukku meremang. “Van, lo nyium bau bunga melati gk sih?” kata ku sambal tetap focus berjalan melihat kedepan. Vanya yang dibelakangku pun tetap bergeming tak bersuara. Karena kesal pertanyaanku tidak dijawab olehnya, aku pun menoleh kearah belakang. Yang kulihat hanyalah wajah Vanya yang datar dan pucat pasi dengan tatap mata yang kurasa sangat ganjil. Aku pun mengurungkan niatku untuk bertanya lagi kepadanya.
Ketika sampai di kantin, aku pun langsung menuju warung Pak De untuk mengembalikan bangku yang ku bawa ini. Aku menurunkan bangkunya dengan perlahan agar tidak mengenai kakiku dan kaki nya Vanya. Namun ketika aku melihat kearah kaki ku, kakiku sudah penuh digenangin cairan merah kental seperti darah. Langsung saja aroma bunga melati yang tadi nya sangat menyengat tiba-tiba tergantikan oleh bau amis darah yang membuat pusing kepala ku.
Namun yang aku heran kenapa tiba-tiba Vanya telah menghilang dari dari belakangku. Aku memanggilnya berkali-kali, namun tidak ada jawaban darinya. Karena aku penasaran dengan cairan yang ada dibawah kakiku. Aku pun memutuskan untuk mencari sumber dari cairan merah ini. Ku ikuti terus cairan ini mengalir. Ternyata berasal dari dalam kulkas nya Pak De. Ketika ingin ku buka kulkasnya, ternyata kulkas itu terkunci. Aku pun langsung bergegas keluar dari area kantin dan menemui teman-temanku yang lainnya.
Setelah mendengar ceritaku, teman-temanku yang lain pun ikut ketakutan sama sepertiku. Kami semua pun memutuskan untuk segera pulang kerumah dan menunda pekerjaan yang sedang kita kerjakan malam ini. Lagi-lagi yang ku heran ketika aku menceritakan hal tadi kepada teman-temanku, si Vanya hanya berdiri di kejauhan seorang diri dengan raut muka yang sedih. Aku pun segan menyapa, dan membiarkannya nya saja.
Keesokan paginya aku terheran-heran karena di kampusku ramai sekali orang dan banyak mobil dan motor polisi terparkir berjejer di depan lorong kantin kampusku. Tiba-tiba saja aku ditepuk oleh temanku dari belakang, “Ra, lo tau gk sih kalo kemaren itu ada kasus pembunuhan dikantin?!”, seru Mita menggebu-gebu memberi tahu ku, nafasnya naik turun saking semangatnya. “Oiya?! Kok bisa? Siapa korbannya? Siapa pelakunya mit?,” tanyaku beruntun tak kalah semangatnya dari Mita. “Si Pak De ra.. Si Pak De yang ngebunuh si Vanya anak Jurnalistik. Gila! Tega banget sih ya? Cuma gara-gara salah paham uang kembalian doang Ra si Pak De sampe berbuat kayak gitu!”.
Detik itu juga aku jatuh terduduk di depan gedung kampusku, kakiku serasa tidak kuat menopang berat badanku. Lemas. “Jadi semalam yang ngebantu gue balikin bangku ke kantin siapa?” “ Jadi darah cairan merah yang semalem gua injek itu beneran darah?! Dan itu darahnya Vanya?!”, kataku bergumam dan nyaris tidak terdengar. Aku terlalu pusing mengaitkan kejadian tadi malam dengan fakta pagi ini yang membuat ku sangat terkejut. Tiba-tiba saja kepalaku pusing dan dan semuanya menjadi gelap. Aku pingsan.

Komentar

Postingan Populer